Higher Order Thinking Skills (HOTS)


Kurikulum 2013 mensyaratkan pembelajaran untuk mengarah ke kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi/higher order thinking skills (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif, berkreasi, dan mampu memecahkan masalah. Gunawan (2012, hlm. 171) mengemukakan bahwa HOTS adalah “proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru”. 
Limpan (dalam Kusnawa, 2012, hlm. 200) menggambarkan berpikir tingkat tinggi melibatkan “berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai makna”. HOTS merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja, namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung, di antaranya untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analitis, sintesis, mengasosiasi, hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif.
Krathwohl (dalam Lewy, Zulkardi, dan Aisyah, 2009, hlm. 16) menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi:

1. Menganalisis
a. Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungan.
b. Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
c. Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.

2. Mengevaluasi
a. Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaat.
b. Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian.
c. Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Mengkreasi
a. Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu.
b. Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah.
c. Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Menurut Widana (2017, hlm. 3) “karakteristik soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas”. Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
Tingkat kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti kata yang tidak umum mungkin memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills (HOTS). Maka dari itu, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
Soal-soal HOTS merupakan assessment yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Adapun bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS, antara lain:

1. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas jawaban dan pengecoh (distractor).

2. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan satu dengan yang lain. Sebagaimana pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual.

3. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta didik untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi, antara lain:
a. Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
b. Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti, yaitu berupa frase, kata, angka, simbol, tempat, atau waktu.

4. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat, di antaranya:
a. Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah.
b. Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat.
c. Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama.
d. Hindari pengunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau menghafal apa yang ditulis di buku.

5. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimat sendiri dalam bentuk tertulis.

Referensi
Gunawan, A. W. (2012). Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kusnawa, W. S. (2012). Taksonomi Kognitif: Perkembangan Ragam Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lewy, L., Zulkardi, Z., & Aisyah, N. (2009). Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (2), hlm. 14-28.
Widana, I. W. (2017). Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


0 komentar:

Posting Komentar