35 Model Pembelajaran yang Dianggap Paling Efektif Oleh Beberapa Pakar – Menurut beberapa sumber, pembelajaran efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
35 Model Pembelajaran yang Dianggap Paling Efektif Oleh Beberapa Pakar
1. Think Pair and Share
2. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), yakni memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya
3. Jigsaw (Model Tim Ahli)
4. Group Investigation
5. Snowball Throwing
6. Studen Team-Achievement Divisions (STAD) , yakni Tim Siswa Kelompok Prestasi
7. Number Heads Together (Kepala Bernomor)
8. Kepala Bernomor Struktur (Modifikasi Dari Number Heads)
9. Examples Non Examples (Contoh Dapat Dari Kasus/Gambar yang relevan dengan KD)
10.Picture and Picture
11. Cooperative Script
12. Problem Based Introduction (PBI), yakni pembelajaran berdasarkan masalah
13. Artikulasi
14. Mind Mapping, sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
15. Make – A Match ( Mencari Pasangan)
16. Debate
17. Role Playing
18. Talking Stick
19. Bertukar Pasangan
20. Srudent Facilitator and Explaining
21. Course Review Horay
22. Demonstration (Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan)
23. Explicit Instruction (Pengajaran Langsung)
24. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
25. Inside-Outside-Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar), yakni siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur
26. Tebak Kata
27. Word Square
28. Scramble
29. Take and Give
30. Concept Sentence
31. Complete Sentence
32. Time Token Arends
33. Pair Checks Spencer Kgen
34. Keliling Kelompok, Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
35. Tari Bambu

Penjelasan masing-masing model pembelajaran efektif dapat diunduh melalui tautan berikut :

  • [Unduh] 35 Model Pembelajaran yang Dianggap Paling Efektif Oleh Beberapa Pakar
Artikel terkait :
Sekian share 35 Model Pembelajaran yang Dianggap Paling Efektif Oleh Beberapa Pakar, semoga bermanfaat.
Download Silabus dan RPP Kelas 3 SD KTSP 2006
Silabus dan RPP Kelas 3 SD KTSP  Lengkap dengan SK-KD dan Pemetaan sebagai bahan referensi Pembelajaran untuk persiapan semeter 2 tahun ajaran 2016 , silahkan dwonload filenya di bawah ini :
Silabus Kurikulum 2013 SD Semua Mapel Revisi Tahun 2016Silabus Kurikulum 2013 SD Semua Mapel Revisi Tahun 2016 - Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah "Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya". Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah "Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya". Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa.

Di bawah ini ada beberapa file tentang Silabus Kurikulum 2013 Sekolah Dasar (SD) Semua Mapel Revisi Tahun 2016M dengan format file microsoft Words yang bisa di download sebagai bahan referensi dalam kegiatan pelaksaan Kurikulum 2013 hasil revisi tahun ajaran 2016/2017, Silahkan download satu persatu sesuai dengan Mapel yang ada ditautan link download di bawah ini  :
 Sumber : Unduh File Guru
Saat kita masih bersekolah, tentu kita punya sosok guru yang paling kita suka dan tidak suka. Jika bertemu dengan pelajaran guru yang kita sukai, waktu terasa cepat berjalan, semua tugas terasa ringan dan belajarpun lebih mengasikan. Namun sebaliknya ketika bertemu guru yang tidak disukai, rasanya masuk kelas malas-malasan, materi pembelajaran serasa susah sekali masuk. Betapa dahsyatnya pengaruh kesan siswa terhadap seorang guru.
Sekarang saat sudah menjadi guru, tentu kita semua berharap untuk disukai oleh para siswa. Kalau siswa sudah suka dengan kita, rasanya setengah energi kita sudah tersalurkan karena mendapat energi positif dari siswa. Berbeda dengan siswa yang tidak suka dengan kita, pasti suasana kelas susah diatur dan energi kita menjadi terkuras. Bagaimana cara agar kita disukai oleh para siswa, mungkin kita harus menghindari beberapa hal di bawah ini :
1. Tidak Mengusai Materi
Materi pembelajaran merupakan inti pokok sistem pembelajaran. Jangan sampai kita mengajarkan hal yang kita juga belum menguasainya. Memang tidak ada manusia yang dapat memahami segala hal dengan sempurna, makanya kita harus terus belajar untuk mengajar. Sehingga konsep yang kita ajarkan terasa mantap, siswapun akan suka dengan Anda sebagai guru.
Perhatikan hal-hal detail yang mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Terkadang siswa yang kritis akan menanyakan hal tersebut. Atau hal lain yang masih ada hubunganya dengan topik yang diajarkan. Jadi disarankan untuk banyak membaca, dan mengikuti isu-isu terhangat. Dengan mengkaitkan materi pembelajaran dan isu-isu hangat di sekitar siswa, akan membuat siswa lebih terkesan. Dan mungkin hal tersebutlah yang membuat mereka lebih memahami materi.
2. Jarang Masuk
Tidak sedikit guru yang sibuk dengan kegiatan di luar sekolah, mungkin untuk urusan keluarga atau bisnis. Kepentingan Bisnis dan keluarga boleh dilakukan asal tidak mengganggu kegiatan belajar di kelas, apalagi sampai tidak masuk dan mengabaikan tugasnya mengajar. Mungkin siswa akan senang kalau jam pelajaran kosong, namun sikap hormat siswa akan berkurang. Siswa yang pandai akan kecewa karena tidak mendapatkan materi pembelajaran sebagai mana mestinya dan waktunya terbuang sia-sia.
3. Berpakaian Tidak Rapi (Norak)
Bagi siswa, guru itu merupakan sosok yang bisa mereka contoh. Tapi bagaimana kalau guru berpakaian tidak rapi apalagi sampai berpakaian norak. Siswa akan menjadi tidak hormat terhadap guru yang guru yang berpakaian tidak rapi. Berkurangnya sikap hormat  ini biasanya membuat siswa tidak bisa menerima materi pembelajaran dengan baik.
4. Berkata Kasar
Perkataan terhadap siswa harus halus, memikat, dan penuh perhatian. setiap bimbingan, nasehat, dan perkataan harus disampaikan dengan lemah lembut. Kalaupun siswa susah dinasehati, cukup dengan kata-kata yang tegas dan konsisten. Siswa akan memahami apa yang boleh dan tidak boleh jika kita tegas. Ya.. cukup dengan ketegasan saja, tegas berbeda dengan kasar. Hindari mengeluarkan perkataan kasar, bernada tinggi dan ancaman. Jika itu terjadi, tidak ada efektivitas dalam pembelajaran yang dilakukan. siswa akan mencemooh dan mngolok-olok guru yang sering berkata kasar.
5. Memberikan Tugas Rumah atau PR Tanpa Diperiksa
Pekerjaan rumah (PR) memang dapat menjadikan siswa rajin belajar di rumah. Mereka akan mengatur waktu untuk belajar ekstra demi menyelesaikan tugas dari gurunya. Namun ketika kesungguhan mereka di sia-siakan oleh gurunya, mereka akan kecewa dan semangat untuk mengerjakan PR selanjutnya akan kendor. Guru yang tidak memeriksa PR yang dikerjakan oleh siswa, secara otomatis tidak akan disukai oleh siswanya.
6. Menghukum Semena-Mena
Menghukum siswa harus didasari dengan kasih sayang, kebijaksanaan, dan kearifan. Jangan memberikan hukuman kepada siswa berdasarkan kebencian, permusuhan, dan emosi yang tidak terkendali. Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral dan spiritual. Kalau hukuman didasari sifat kasih sayang, maka guru akan didasari sifat kasih sayang, maka guru akan menghindari cara-cara yang di luar batas kewajaran, bahkan tidak akan menghukum murid dengan hal-hal yang positif untuk meningkatkan kemampuan dan integritas moralnya.
Kalau guru menghukum semena-mena dengan tindakan semena-mena. seperti menyuruh berdiri di halaman sekolah selama  jam pelajaran, bertindak keras, menempeleng dan sejenisnya maka ini akan menimbulkan kemarahan siswa. Bahkan ini dikhawatirkan siswa akan membalasnya di luar sekolah. oleh karena itu hindari menghukum semena-mena.
7. Pilih Kasih (Tidak Adil)
Sikap pilih kasih atau tidak adil akan membuat kebijaksanaan guru tidak dihormati siswanya. Mereka akan bertindak menjauh, seperti tidak mengindahkan perintah gurunya. Oleh sebab itu, sikap pilih kasih jangan samapi ditunjukan guru ke siswanya. Bersikaplah adil dan mulai tanamkan kepada siswa untuk bisa menilai sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, sehingga siswa akan lebih dewasa.
8. Cuek di Dalam Kelas Maupun di Luar Kelas
Jika guru cuek dengan siswanya, baik dalam maupun di luar kelas. Maka siswa tidak dapat merasakan hubungan emosional yang positif antara guru dan muridnya. Mereka hanya akan belajar dalam arti formal, tetapi tidak memiliki hubungan psikologi yang akrab yang penuh manfaat.
9. Tidak Memberikan Contoh yang Baik
Siswa adalah peniru yang sangat baik. Apalagi kalau kita memberi contoh buruk akan sangat cepat ditiru siswa. Maka, sebisa mungkin hindarilah melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik. Sebaliknya, berikan contoh baik seperti membuang sampah di tempatnya. Memperhatikan kebersihan, sedikit menyapu atau membersihkan meja guru. Dengan begitu, siswa akan terpicu untuk berbuat baik. Dan ketika kita menasehati siswa pun akan lebih mudah, karena sudah ada contoh yang baik dari gurunya.
10. Kaku (Tidak Humoris)
Tidak humoris merupakan sifat guru yang kurang disukai oleh siswa, karena guru yang kaku, tidak humoris biasanya menimbulkan pembelajaran yang terasa tegang sehingga siswa tidak dapat mengikuti proses KBM dengan baik. Siswa lebih suka dengan guru yang humoris. Setidaknya, siswa menjadi lebih nyaman merasa di kelas. Biasanya guru humoris ini menjadi favorit dan ditunggu-tunggu siswa.
12. Membanding-bandingkan
Guru yang suka membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lain atau membandingkan dengan kelas lain dapat menimbulkan perasaan ketidaksukaan siswa. Siswa akan merasa diremehkan dan tidak dihargai. Apalagi siswa dalam masa remaja, yang egonya sangat tinggi, mereka sangat mudah tersinggung. Jadi hidarkan membandingkan siswa di depan mereka.
13. Tidak hafal nama siswa
Menghafal nama siswa satu-persatu adalah hal yang sulit dilakukan. Apalagi kita mengajar di sekolah dengan jumlah siswa yang banyak. Dengan tahu nama siswa, kita bisa lebih akrab dan lebih mengenal karakteristik siswa tersebut. Siswa pun merasa lebih dihargai. Jika memang sulit untuk menghafal, luangkanlah waktu sebentar ketika kita memulai pelajaran. Misalnya sambil memulai pelajaran kita melakukan presensi siswa dan perhatikan masing-masing siswa dengan melakukan sedikit obrolan. Dengan begitu minimal kita paham wajah siswa-siswa dan nama panggilanya.
Pepatah tersebut adalah pepatah lama tetapi mungkin kurang banyak dipedulikan. Makna dari pepatah itu adalah bahwa segala tingkah laku guru akan ditiru oleh anak didiknya. Ada satu buku yang berjudul Idealitas Pendidikan Nasional yang menggunakan pepatah tersebut sebagai temanya. Membaca pengantar dari buku itu membuat saya tertarik untuk tidak hanya memakai pepatah itu dalam dunia pendidikan di sekolah. Kadangkala, meskipun Guru sudah memberikan contoh yang benar, muridnya belum tentu melakukan sesuai yang dicontohkan. Apalagi kalau Guru tidak memberi contoh sama sekali.

Hal serupa sering saya alami dan saya lihat dalam suatu perusahaan. Guru di dalam perusahaan bisa kita setarakan dengan Atasan, entah itu Supervisor, Manager atau Direktur. Setelah saya coba amati dan saya pelajari perilaku para karyawan, ternyata meskipun mereka sudah tergolong usia dewasa, tetap saja menggunakan “perilaku atasan” sebagai model perilaku mereka. Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan jika atasan sering datang siang atau pulang lebih awal, maka pada suatu saat bawahan akan melakukan pola yang sama. Apakah semua bawahan berlaku demikian? Biasanya 90% ya. Atau atasan sering menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi, maka pada suatu saat bawahan akan melakukan pola yang sama. Atau atasan sering melakukan transaksi bisnis di luar perusahaan selama jam kerja perusahaa, maka pada suatu saat akan didapati bahwa bawahan akan melakukan hal yang sama.

Mengapa bisa 90%? Pada awalnya yang meniru hanya 1 orang, kemudian karena pengaruh teman lebih cepat dari pada pengaruh dari atas, maka dengan cepat angka 1 tersebut membentuk penjumlahan kemudian hasil penjumlahan menjadi kelipatan. Cepat sekali prosesnya. Jika gejala tersebut tidak disadari, maka pada titik tertentu akan menjadi masalah yang bisa memusingkan. Pertanyaan yang muncul dibenak saya adalah, apakah perilaku tersebut timbul murni karena meniru perilaku atasan? Menurut pengamatan saya pengaruh yang paling besar dalam pembentukan prilaku adalah “lingkungan” dan “seberapa kuat mental mereka menghadapi lingkungan yang buruk”. Sayangnya hal yang buruk sangat mudah mempengaruhi daripada hal yang baik. Hal ini berlaku baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Sehingga masalah yang muncul dari ini adalah pada siapakah tanggung jawab pembentukan mental, supaya mereka hanya meyakini dan melakukan yang benar dan tidak terpengaruh oleh lingkungan.

Saya berpendapat bahwa pembentukan mental tidak bisa diserahkan pada sekolah atau pada pendidik, atau pada atasan. Pembentukkan mental pertama-tama merupakan tanggungjawab orangtua. Kemudian orang tua bekerjasama dengan institusi pendidikan untuk membentuk mental yang lebih tangguh lagi. Dalam hal ini, saya bukannya tidak setuju dengan “pola teladan”. Akan tetapi “pola teladan” sebaiknya diterapkan pada saat masih anak-anak, akan tetapi mereka juga harus diajarkan untuk melihat tetapi tidak sampai meniru hal yang buruk. Yah… tugas para orangtua dan para pendidik untuk mencari cara-cara yang tepat dalam membentuk mental bangsa.

salam dari pak guru
Masuk kelas tak sekedar butuh niat baik. Tapi rencana matang juga.
Saya sering kehabisan akal kala pembelajaran di kelas. Ketika itu terjadi, saya gagu. Sulit menerangkan sesuatu. Bahasa keterangan yang saya sampaikan tak beraturan. Berantakan. Mendengar keterangan berantakan, anak-anak tak tertarik. Diantara mereka ada yang nampak memantap-mantapkan wajah. Pura-pura paham.
Memang banyak sebab. Kenapa saat mengajar, guru kehabisan akal. Yang jelas, sebab utamanya kurang persiapan. Kurang rencana pembelajaran.
Rencana tak melulu berupa RPP. Rencana pembelajaran berbentuk RPP terkesan sangat formal. Berbelit, menurut hemat saya. Tiap item yang tersaji di RPP memang dibutuhkan dalam pembelajaran. Tapi, penyajian rencana model RPP sangatlah menyita waktu. Terlalu panjang kali lebar.
Rencana pembelajaran bisa mengada dalam bentuk sederhana. Sepandai-pandainya guru menyusun rencana. Point pentingnya adalah, ketika masuk kelas, guru harus tahu apa yang hendak dilakukannya.
Niat mengajar harus baik. Rencana pembelajarannya juga.
salam dari pak guru
Dalam dunia belajar, saya sudah cukup kenyang "makan bangku sekolah" selama 17 tahun. Walaupun kalau ada kesempatan untuk "nambah" ya saya tetap siap. Tapi dalam dunia mengajar, saya benar-benar pendatang baru. Newbie. Amatir. 

Sebagai seorang guru dengan jam terbang yang belum tinggi, sering saya merasa kewalahan menghadapi murid-murid di kelas, misalnya ketika mereka ramai. Ramai di sini maksudnya adalah suasana kelas yang ramai karena siswa ngobrol sendiri-sendiri dengan temannya. 




Ngobrol memang adalah naluri, apalagi untuk orang Indonesia. Tapi ketika ngobrol dilakukan di kelas saat saya akan memulai pelajaran atau sedang menerangkan?. Saya tidak suka. Hehe, iya saya egois sekali untuk hal yang satu ini. Kenapa?. Karena:

1. Sesuatu yang belum selesai membuat mereka tidak siap menerima hal baru

2. Berbicara-dan-mendengarkan atau mendengarkan-teman-dan-mendengarkan-guru di satu waktu adalah hal yang tidak dapat dilakukan. Pasti ada satu yang "kalah", dan biasanya materi dari gurulah yang tidak terdengar.

3. Suara bising bisa mengganggu konsentrasi murid lain yang sedang menyimak pelajaran.

4. Suatu materi biasanya berhubungan dengan materi lain. Jika murid tidak paham dengan materi ini, bisa jadi mereka juga akan tidak paham dengan materi berikutnya. Akibatnya guru harus mengulang menjelaskan lagi. Sekali, dua kali, tiga kali mengulang it's okay. Tapi jika sampai berulang kali, ini tidak efektif. Belum lagi jika materinya ada banyak sekali. 

Bukan berarti saya ingin semua murid diam duduk anteng seperti robot. Tidak. Ada kalanya mereka saya beri jeda waktu bebas untuk mengerjakan soal, diskusi, bahkan ngobrol, main, dsb. Masing-masing guru memiliki batasan tersendiri kondisi seperti apa yang kondusif, tenang, ramai, gaduh, dsb. Ketika bagi saya kelas sudah termasuk dalam kondisi ramai-gaduh padahal saya sedang menjelaskan materi pokok, maka saat itulah saya mencoba mengondisikan kelas supaya kondusif.

Nah, ini adalah beberapa usaha yang coba saya lakukan dalam mengondisikan kelas:

1. Saya diam cukup lama, duduk di meja guru sambil memperhatikan kelas. 

Jika murid peka, lambat laun mereka akan sadar bahwa gurunya sedang menunggu mereka tenang. Atau jika tidak, akan ada satu-dua murid yang peka, lalu mengingatkan teman mereka untuk tenang. Iya kan?. Atau jika tidak ada yang peka sama sekali, lalu


2. Saya berdiri, bicara dengan suara yang dapat didengar oleh sebagian atau semua murid di kelas. 

"Ibu tunggu sampai kalian siap mengikuti pelajaran ya". Setelah itu perlahan murid-murid akan mulai menghentikan aktivitasnya dan memberikan perhatian.


3. Saya memberikan pertanyaan untuk salah satu murid. 

Pertanyaan yang diberikan bisa yang berkaitan dengan mereka, misal "Siapa saja yang tidak masuk hari ini? Kenapa tidak masuk?". Atau bisa juga pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran, misal "Ada yang masih ingat materi minggu lalu?", "Ada yang tau apa itu sistem komputer?", dll. 

Dengan memberikan pertanyaan, akan terjadi interaksi antara guru dengan murid. Murid pun juga akan memberikan perhatian agar mereka bisa menjawab.


4. Saya menyampaikan alasan mengapa penting belajar materi tentang ini. 

Biasanya ada murid yang mengkritisi untuk apa sih ada materi tertentu. Dulu saya saat sekolah juga sering bertanya-tanya, kenapa sih saya perlu belajar matematika persamaan garis x dan y, cos, tangen dll, emang nanti kalo udah tau terus buat apa?. Matematika yang penting udah bisa tambah, kurang, kali, bagi kan cukup. Lalu bertahun kemudian saya baru tau kalau ilmu persamaan garis x dan y itu banyak digunakan, salah satunya yaitu di pemrograman.

Nah, untuk mengantisipasi hal ini, saya menjelaskan apa tujuan dari belajar suatu materi. Jika sudah tau apa kegunaannya, mayoritas murid akan paham di awal sekaligus semakin penasaran. Dengan demikian semakin mudah untuk menarik perhatian mereka dalam mengikuti penjelasan.


5. Saya mengaitkan materi dengan apa yang mereka ketahui.

Menjelaskan sesuatu yang baru, apalagi yang abstrak akan sulit diterima oleh murid. Jika mereka sulit menerima sesuatu, akibatnya murid menjadi tidak paham, lalu kadang tidak ingin mengikuti pelajaran ("ah, nggak mudeng"). Makanya saya mencoba menghubungkan sesuatu (yang masih asing bagi murid tersebut), dengan sesuatu yang lebih familiar dengan mereka.

Misalnya ketika saya menjelaskan tentang hardware/perangkat keras komputer dengan software/perangkat lunak komputer. Saya jelaskan perumpamaannya, bahwa ibarat manusia, tubuh adalah hardware sedangkan nyawa adalah software. Tubuh bisa kita lihat, sedangkan nyawa tidak. Tapi jika tubuh tanpa nyawa, maka seorang manusia akan mati. Ada, tapi tidak bisa beraktivitas. Begitu juga dengan komputer. Lalu saya tambahkan pula dengan memberikan contoh-contoh hardware dan software. Dan seterusnya.

Memberikan perumpamaan adalah salah satu hal yang efektif. Ini sekaligus tantangan bagi guru untuk bisa mencari perumpamaan yang sederhana, tapi jelas dan bisa membuat murid paham.


6. Mengeraskan suara.

Ini bukan bagian favorit saya, tapi yaa kadang saya lakukan juga jika sudah menthok. Saya mengeraskan suara untuk bisa mengimbangi suara-suara berdengung di kelas. Dengan ini, saya bisa mendapatkan perhatian dari murid kembali.


7. Menghampiri murid

Walaupun sudah mencoba berbagai cara, kadang adaa saja murid yang ngobrolnya tidak berhenti. Biasanya saya hampiri, lalu saya tanya "Lagi ngobrolin apa to nduk?. Coba maju ke depan, biar kita semua bisa dengar".


8. Memberi peringatan

Ketika sudah pol menthok, memberi peringatan adalah salah satu cara instan menurut saya. Misalnya, "Yang ramai sendiri nanti Ibu suruh maju mengerjakan soal", "Kalau kalian masih ramai nanti pulangnya makin siang ya", dll.

---

Sekian dulu yang sejauh ini saya coba. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menunjukkan bahwa saya sudah canggih, melainkan untuk sharing. Syukur-syukur ada yang mengalami hal serupa dan saya bisa dapat tambahan masukan yang sebelumnya tidak terpikirkan. 

Menjalin hubungan dengan manusia adalah sesuatu yang kompleks. Bagi yang punya pengalaman serupa atau yang memiliki tips yang lebih efektif, bisa tuliskan di komentar ya. Terima kasih dan salam hangat :)

salam dari bu guru
Beberapa waktu yang lalu ada sahabat yang curhat, merasa kesulitan dalam mengkondisikan kelas. Ya, tantangan seorang pendidik bukan penyampaian materi karena materi sudah dipelajari lebih dulu di bangku perkuliahan, namun lebih kepada pengkondisian kelas. Dan bisa jadi, pengkondisian tiap sekolah bahkan tiap kelas berbeda. Lalu kira-kira apa saja yang dapat kita antisipasi?
Pertama, ketika peserta didik adalah peserta didik baru yang masih peralihan dari pendidikan sebelumnya, hal yang sering kita rasakan pasti kesal, jengkel... Ternyata eh ternyata, adaptasi memang butuh waktu. Kita tidak bisa buru-buru mengatakan mereka seperti anak kecil, kok ndak paham-paham, dan sebagainya. Sabar, Bu, Pak. Beri waktu maksimal dua bulan untuk mereka beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sambil terus diingatkan.
Kedua, ketika ada peserta didik yang bolos dari kelas kita bukan bolos sekolah lho. Ya harus introspeksi, mungkin cara mengajar kita yang salah. Selanjutnya, kenali peserta didik lewat wali kelas, bagaimana kesehariannya, latar belakangnya. Pabila perlu, minta tolong dengan wali kelas atau guru BK untuk membantu mengingatkan.
Ketiga, ketika ada peserta didik yang tidak memperhatikan saat pembelajaran. Alasannya bisa macam-macam, ada yang tidur, ada yang nonton film, dan sebagainya. Pada intinya, peserta didik bosan. Setelah saya ikut kelas public speaking, ada pernyataan dari pembicara bahwa agar omongan kita didengarkan, kita harus bisa membuat audiens merasa dihargai keberadaannya. Seperti Bung Karno yang setiap pidato mempresensi rakyatnya dari petani sampai pengusaha. Buatlah peserta didik merasa dihargai keberadaannya di kelas, diawali dari presensi di awal pelajaran, atau tanya jawab yang melibatkan semua peserta didik. Atau kalau benar-benar ngantuk, beri waktu 15 menit untuk istirahat. Karena tombo ngantuk ya cuma turu. Tapi dengan kesepakatan tertentu setelah bangun, misalnya bangun dengan keadaan harus lebih fresh atau nilai di mapel tersebut harus seratus.
Keempat, ketika peserta didik tersebut berada di luar batas kemanusiaan seorang guru :D Lakukan pendekatan dengan melakukan pembicaraan yang ringan secara personal seputar pacar, cita-cita, hobi, saudara, orang tua.. Kalau secara klasikal, skak pakai kelemahannya. Yang paling ribut, pegang dulu sebelum pembelajaran. Diajari bulik gini "Eh yang ribut di belakang.. Jualan baksonya udah laku belum?"
Kelima, bersabar, santai. Semua akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu. Toh, kita juga harus adaptasi kan? Nggak hanya peserta didik baru saja :) Tetap berusaha membuat mereka nyaman namun segan. Nggak gampang memang, tapi kita pasti bisa kan? :)
(salam dari bu guru)